Upacara Sekaten adalah perayaan tradisional yang khas di Yogyakarta dan Surakarta, untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriyah. Sekaten menggabungkan unsur agama Islam dengan budaya Jawa, menciptakan perpaduan unik yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Yogyakarta.
Upacara Sekaten pertama kali diprakarsai oleh Sultan Hamengkubuwono I pada abad ke-18 untuk mengenalkan Islam kepada masyarakat Jawa. Nama “Sekaten” berasal dari kata “syahadat”, simbol awal masuknya Islam ke tanah Jawa. Perayaan ini menjadi cara untuk menyebarkan ajaran Islam dengan tetap menghormati nilai-nilai budaya lokal.
Puncak acara Sekaten berlangsung di Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta, dengan berbagai kegiatan budaya dan hiburan rakyat, seperti pasar malam, pertunjukan gamelan, dan tari tradisional. Salah satu simbol penting adalah Gamelan Sekaten, alat musik gamelan besar yang hanya dikeluarkan saat perayaan ini. Gamelan ini dipukul dengan irama tertentu yang dipercaya memiliki kekuatan magis dan spiritual.
Selain itu, ada juga prosesi Panggung Sekaten yang menampilkan wayang kulit dan pertunjukan seni lainnya, yang menggabungkan unsur spiritualitas dan seni tradisional. Semua kegiatan ini menjadi wadah untuk mempererat kebersamaan masyarakat dan memperkenalkan generasi muda pada warisan budaya Yogyakarta.
Sekaten juga memiliki makna sosial yang dalam. Acara ini mempererat hubungan antar warga dan mengajarkan nilai-nilai toleransi, kebersamaan, dan syukur. Dengan segala kegembiraan dan kesakralannya, Sekaten merupakan simbol perpaduan agama dan budaya yang khas di Yogyakarta.
Kangen sama Jogja? temu kangen dengan kuliner Jogja di Mbok Mandeg!