Jokteng adalah istilah yang merujuk pada konsep filosofi tata ruang yang ada di Yogyakarta, khususnya dalam struktur keraton dan kota Yogyakarta secara keseluruhan. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan keseimbangan dan harmoni yang tercipta antara alam, manusia, dan kehidupan sosial dalam masyarakat Yogyakarta. Konsep Jokteng berkaitan erat dengan cara pandang orang Jawa yang sangat menghargai kedamaian, keseimbangan, serta hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar.
Pada dasarnya, filosofi Jokteng ini berakar dari pemikiran Jawa tradisional, yang menempatkan keraton sebagai pusat kota dan pola ruang kota Yogyakarta yang membentuk simetri dan keseimbangan antara unsur-unsur tersebut. Dalam hal ini, Keraton Yogyakarta tidak hanya dilihat sebagai pusat pemerintahan atau tempat tinggal Sultan, tetapi juga sebagai simbol dari pusat kosmos, dimana segala sesuatu berputar dengan keseimbangan dan harmoni.

Salah satu penerapan filosofi Jokteng yang paling kentara adalah pada penataan ruang kota Yogyakarta. Titik pusat kota, yaitu Titik Nol di Alun-Alun Utara Keraton, menjadi simbol dari titik keseimbangan dan sumbu utama yang menghubungkan berbagai elemen penting di kota. Jalan-jalan yang mengarah ke keraton seperti Jalan Malioboro juga dipandang sebagai jalan yang harus menjaga keseimbangan antara budaya, ekonomi, dan sosial.
Konsep Jokteng juga terlihat dalam struktur sosial masyarakat Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kerukunan, toleransi, dan gotong-royong yang tercermin dalam keseharian mereka. Kebersamaan yang dijaga dalam kehidupan sehari-hari ini mencerminkan filosofi keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan bersama.
Filosofi Jokteng dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta bukan hanya sebuah konsep ruang atau tata kota, tetapi juga menjadi pedoman dalam membangun hubungan yang seimbang dan harmonis dalam kehidupan sosial. Ini mencerminkan karakteristik masyarakat Yogyakarta yang selalu berusaha untuk menjaga keseimbangan, baik dalam konteks spiritual, sosial, maupun budaya. Filosofi ini memberikan pandangan hidup yang penuh kedamaian dan keteraturan, yang terus dijaga dan diwariskan oleh masyarakat Yogyakarta hingga hari ini.
Kalau laper habis jalan-jalan di Jokteng, jangan lupa mampir Mbok Mandeg ya!